Saturday, November 03, 2007

A Thank You Note


Beberapa hari yang lalu, seorang wartawan dari majalah lifestyle keluaran baru dari Group Tempo menghubungi asisten saya. Dia ingin mewawancarai saya untuk edisi perdananya yang akan terbit Desember nanti. Kemarin, wartawan dan dua fotografer dari majalah tersebut datang ke rumah saya di Bandung.

Wartawan itu lantas bercerita asal muasal mengapa saya kemudian dipilih menjadi “Story of the Month” untuk edisi perdananya. Sehubungan dengan konferensi di Bali tentang global warming bulan Desember nanti, mereka pun tertarik untuk mengangkat topik lingkungan hidup. Wartawan itu lantas bercerita, bahwa ia menerima tulisan “Harta Karun Untuk Semua” lewat e-mail, dan bukan hanya dari satu sumber, melainkan beberapa. “Setahu saya, tulisan itu juga menyebar di banyak milis,” katanya lagi.

Jujur, saya agak kaget mendengarnya. Namun saya juga teringat, beberapa komentar yang masuk untuk posting itu juga menyebutkan bahwa mereka membaca tulisan itu di milis, atau dikirim via e-mail. Seminggu lalu, saya juga mendapat telepon dari seorang guru piano di Solo, yang ingin mengadakan konser di sekolahnya bertemakan lingkungan, dan ia terinspirasi karena artikel “Harta Karun Untuk Semua”. Setelah membaca artikel yang sama, seorang teman sempat menawari saya menjadi tamu untuk talk show di sekolah anaknya yang juga sedang menggalakkan gerakan sadar lingkungan. Lalu beberapa teman saya pun pernah memberi tahu selewat-dua lewat bahwa mereka membaca artikel itu lewat e-mail yang dikirim massal ke inbox mereka.

Salah satu pertanyaan yang diajukan saat wawancara siang itu adalah, “Apa sih arti perbuatan kita kalau kita hanya seorang diri memisah sampah, membuat kompos, hemat listrik, hemat air, mengurangi makan daging, mengurangi konsumerisme, sementara jutaan orang di luar sana tidak peduli dan terus menjalankan hidupnya seperti biasa?”

Jawaban spontan saya adalah: tidak tahu. Saya tidak tahu apakah perbuatan kecil ini akan menurunkan pemanasan global, tidak tahu apakah kompos di rumah saya punya arti dalam menurunkan debit sampah dunia, tidak tahu apakah dengan saya bervegetarian akan punya dampak untuk kesejahteraan makhluk di Bumi ini. Jika optimis, saya akan mengatakan: iya, saya yakin perbuatan saya akan berarti dan bisa mengubah dunia. Jika pesimis, saya akan mengatakan: tidak, perbuatan saya sangat renik dampaknya, semikron debu di tengah padang pasir, dan bukan tandingan dari kondisi global yang dibentuk oleh miliaran manusia plus aneka faktor lainnya.

Saya yakin, pertanyaan berikut pilihan jawaban tadi adalah hal yang pernah terlintas dalam benak kita semua. Dan apa pun kecenderungan sikap kita—pesimis atau optimis—siang itu, saya dan juga wartawan tadi, sesungguhnya melihat sebuah bukti nyata. Artikel yang saya tulis spontan beberapa bulan lalu telah beredar tanpa saya tahu, tanpa bisa saya pantau, dan kembali lagi pada saya suatu hari, dalam bentuk wawancara, inspirasi, pengembangan ide, undangan, dan sebagainya. Artikel itu telah bergulir bak bola salju, menjadi sesuatu yang lebih besar dari ukuran aslinya.

Saya teringat prosesi rutin setiap kebaktian malam Natal, di mana semua jemaat masing-masing memegang sebuah lilin. Berawal dari nyala lilin di mimbar, beberapa lilin lain dinyalakan lalu menyebar ke seluruh penjuru ruangan, hingga setiap lilin akhirnya menyala tanpa kecuali. Saya membayangkan, prosesi yang sama sesungguhnya sedang terjadi. Di mana-mana. Di seluruh muka Bumi. Artikel “Harta Karun Untuk Semua” hanyalah satu contoh kecil dari sekian banyak upaya dari umat manusia. Saya tidak memasang alat penghitung di blog ini. Saya tidak tahu ada berapa orang yang berkunjung, selain mereka yang memberi komentar. Namun saya ingin berterima kasih pada semua, yang dengan caranya masing-masing telah membuat sebuah prosesi tak terlihat.

Saya masih belum tahu apakah perbuatan kecil skala rumahan saya punya dampak terhadap dunia. Tapi pertanyaannya, apakah perlu kita menagih bukti? Apakah ada alat atau metode yang secara pasti bisa mengukurnya? Dan jika tidak ada, haruskah kita berhenti? Saya tidak yakin saya bisa mengubah dunia, sebagaimana tulisan tersebut tidak ditujukan untuk mengubah dunia, atau siapa-siapa. Namun saya tahu, yang bisa diubah pada akhirnya hanyalah diri saya sendiri. Itulah lilin kecil yang kita pegang. Nyalanya mungkin tak seberapa, hanya menerangi jemari yang menggenggamnya. Namun jika lilin kecil itu menyala di setiap genggaman orang, tanpa terasa… ruangan gelap itu menjadi benderang. Bukan oleh upaya satu orang, melainkan beramai-ramai.

Saya punya sebuah pembatas buku, berbentuk bulan sabit berwarna perak. Saya beli tujuh tahun yang lalu di sebuah toko buku. Apa yang tertera di pembatas buku itu menggerakkan hati saya, hingga saya putuskan untuk membelinya. Sesekali saya suka mengeluarkannya dari laci, hanya untuk sekadar membaca tulisan yang begitu indah dan bermakna. Sebagai tanda terima kasih saya bagi teman-teman semua, izinkan saya memetik tulisan di pembatas buku itu:

“There are two ways of spreading light:
to be the candle or the mirror that reflects it”
– Edith Wharton –

Semoga hadiah kecil ini mampu menjadi harta karun bagi kita semua.